Hanya Disini Berbagai Keunikan Berkumpul Menjadi Satu

Selasa, 16 November 2010

Sejarah Santo Tarsisius "Pelindung Para Putra Altar"

Beratus-ratus tahun yang lalu, yaitu sekitar 250, hiduplah seorang anak muda, bernama Tarsisius. Dia seorang kristiani. Setiap pagi, sebelum fajar menyingsing, ia berjalan kaki melalui jalan-jalan dan lorong-lorong kota Roma ke tempat orang-orang kristiani biasa berkumpul. Gua-gua di bawah tanah, yang sebetulnya sebagai kuburan, mereka gunakan sebagai tempat pertemuan. Tempat macam itu dinamakan Katakomba. Bentuknya seperti gang lurus, panjang, tetapi gelap. Liang kubur semua dibuat di dinding sebelah kiri dan kanan gang itu dan ditutup dengan batu panjang.
Orang kristiani hanya berani berkumpul pada malam hari, karena agama mereka terlarang. Oleh Kaisar Valerianus polisi di Roma diberi perintah mencari orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Kalau mereka sudah ditemukan, mereka ditangkap dan disiksa. Banyak juga orang kristiani yang dibunuh karena tetap tidak mau mempersembahkan korban kepada para berhala Romawi.
Pada suatu hari, pagi-pagi benar, seperti biasa Tarsisius pergi ke Katakomba untuk melayani Misa. Pada hari itu paus sendiri mempersembahkan Misa. Tetapi orang yang hadir hanya sedikit. Maklum baru saja banyak orang kristiani ditangkap, sedang yang lain mengungsi ke luar kota untuk menyelamatkan diri.
Ketika Misa selesai, Tarsisius tidak segera pulang, tetapi membantu dulu untuk mengatur alat-alat Misa. Waktu itu ia mendengar paus mengeluh: "Kemaren seorang petugas penjara datang kemari dengan diam-diam. Dia mengatakan, bahwa saudara-saudara kita yang dipenjarakan ingin sekali menyambut Tubuh Kristus sebelum mereka dibunuh. Tetapi kebanyakan imam sudah ditangkap. Saya sendiri tidak bisa kesana, sebab saya sudah dikenal. Mana bisa kami mengabulkan permohonan mereka?".
Tarsisius langsung maju ke depan: "Kenapa Bapa Suci tidak mengutus saya? saya tidak akan dicurigai."
"Jangan nak, "jawab paus, "Engkau masih terlalu muda. Tugas itu terlalu berbahaya bagimu!".
"Tetapi setiap pagi saya datang kemari, Santo Bapa, saya satu-satunya pelayan Misa yang selalu datang. Saya tidak takut. Apalagi masih lagi. Jalan masih sepi."
Akhirnya paus setuju: "Baiklah. Engkau boleh coba. Tetapi hati-hatilah!".
Lalu paus berlutut dengan hormat di depan altar, diambilnya beberapa Hosti Suci dan diletakkannya dalam sebuah kotak emas. Kemudian kotak emas itu dikalungkan dengan tali pada leher Tarsisius yang berlutut di hadapan paus. Tarsisius menutupinya dengan "Toga", yaitu semacam mantol, yang dipakainya.
Tarsisius segera berangkat. Tarsisius memegang kotak emas itu erat-erat dibawah toga supaya jangan hilang. Hatinya berdebar-debar. Ia merasa bahagia atas kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh paus sendiri. Dalam hati ia berdoa kepada Yesus, yang sedang dibawanya untuk menghibur para tawanan.
Tetapi sekonyong-konyong terdengar suara berseru: "Hai Tarsisius, akan pergi kemana pagi-pagi begini? kok keburu-buru!". Itulah suara seorang teman sekolah.
Beberapa teman lain datang menyusul. Mereka menarik bahu Tarsisius: "Engkau kelihatan tidak seperti biasa pagi ini. Ada apa sih? Apa yang kamu bawa di bawah toga itu?".
Seorang lain mencoba menarik toganya: "Lihat! Agaknya ia membawa sesuatu dari orang kristiani keparat itu!".
Kemudian mereka mulai berteriak serentak: "Serahkan barang itu!" Ayo lekas! Serahkan kepada kami atau kami ajar!".
Tetapi Tarsisius tidak menyerahkannya. Kotaknya tetap dipegang sekuat tenaga. Dia tidak akan menyerahkan Tubuh Tuhannya kepada teman-teman yang tidak beriman itu.
Kemudian Tarsisius dilempari dengan batu, dipukuli dan ditendang. Tetapi kotaknya tetap tidak dilepaskan. Melihat itu teman-temannya semakin marah dan membabi buta menyerang Tarsisius. Salah seorang mengayunkan pentung dan mengenai kepala Tarsisius, sehingga ia jatuh terpelanting sambil mencucurkan darah.
Tepat pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang berseru keras: "Apa yang kalian perebutkan?"
Seorang tentara muncul. Para penyerbu terkejut dan melarikan diri pontang-panting. Tinggal Tarsisius terlentang di atas batu jalan. Ia tak dapat bangun lagi.
Tentara itu menghampirinya. Ketika Tarsisius melihat wajah tentara itu, ia tersenyum. Tentara itu dikenalnya ia juga seorang kristiani. Dengan tenaganya yang terakhir Sakramen Mahakudus diserahkan kepadanya. Tentara itu mengangguk mengerti. Tanpa mengatakan apa-apa digantungkannya kotak kecil itu di lehernya sendri. Lalu anak itu diangkatnya dengan hati-hati dan dibawa ke sebuah rumah orang kristiani terdekat. Kemudian ditinggalkan dan ia sendiri pergi ke penjara, menerimakan Komuni Suci secara diam-diam kepada para tawanan.
Tak lama kemudian Tarsisius meninggal. Luka-lukanya terlalu parah. Ia dimakamkan di katakomba Kalikstus, di jalan Appiah, dekat makam para paus.
Santo Tarsisius adalah seorang putra altar, atau seperti dinamakan resmi pada jaman itu: seorang akolit. Seorang putra altar yang telah mengorbankan hidupnya demi Ekaristi Kudus. Maka dia telah dipilih sebagai pelindung para putra altar. Martir suci ini diperingati setiap tahun pada tanggal 15 Agustus.

Logo Putra Altar

MISDINAR FUN CAMP

Pertama
Februari 2010 yang lalu, kami perwakilan pengurus Putra Putri Altar se-Dekenat Jakarta Selatan berkumpul di Gereja Saanta Perawan Maria Ratu (Blok-Q). Pertemuan ini sebenarnya merupakan prakarsa Rm. Steve Winarto, Pr yang saat itu ingin menghidupkan misdinar dekenat Jakarta Selatan, sehingga kegiatan berorganisasi tidak hanya di lingkungan paroki namun bisa mencapai organisasi lintas paroki. Misdinar Dekenat Jakarta Selatan meliputi 6 Paroki yaitu Tebet, Jagakarsa, Pasar Minggu, Blok-Q, Cilandak, dan Blok-B.
Tentu saja upaya ini cukup sulit, apa lagi kami belum saling mengenal satu sama lain namun dengan berjalannya waktu kamipun mulai akrab satu dengan yg lain. Hasil rapat yang kami peroleh saat itu adalah pembentukan kepengurusan Misdinar Dekenat Jakarta Selatan. Kepengurusan tersebut melibatkan teman-teman pengurus masing-masing paroki se-Dekenat Jakarta Selatan.
Waktu terus bergulir, kamipun mulai mematangkan acara. Tentu saja masalah demi masalah muncul, apa lagi ini merupakan kegiatan pertama kami. Sebuah tantangan besar yang harus kami raih bersama.
Berjalannya waktu, akhirnya mimpi kami terwujud dalam sebuah kegiatan yang bernama Misdinar Fun Camp. Kegiatan camping ini menjadi tantangan sekaligus bukti komitmen kami membentuk suatu kepengurusan organisasi dengan lingkungan yang cukup luas. Acara ini berlangsung dari hari Senin 5 Juli 2010 hingga Rabu 7 Juli 2010. Sengaja kami menyiapkan hari tersebut dengan pertimbangan bahwa hari Sabtu dan Minggu merupakan waktu bagi kami melayani Tuhan. Rapat dan pertemuan sering kami lakukan dengan berganti-ganti tempat pertemuan.

Kedua
Berdasarkan pengalaman teman-teman yang melakukan perjalanan terlebih dahulu (Advance Team) pada hari Minggu 4 Juli 2010. Kondisi puncak padat merayap, sebab perjalanan yang dilakukan pada pukul 09.00 WIB baru tiba di Mandalawangi – Cibodas pukul 18.00 WIB. Gelapnya malam, dinginnya suhu, hingga hujan yang turun menambah beratnya persiapan acara. Komunikasipun terus kami lakukan dengan teman-teman panitia yang berangkat di hari Senin.
Hari Senin 5 Juli 2010, kami bersama teman-teman misdinar SE-Dekenat Jakarta Selatan berkumpul di Gereja Keluarga Kudus (Pasar Minggu). Kendaraan yang kami gunakan adalah tronton Marinir dengan kapasitas 50 orang. Perjalanan pagi itu sangat menyenangkan. Canda, tawa, gurau, hingga lawakan menghiasi perjalanan kami semua.
Dengan jalan memutar melalui Jonggol, akhirnya kami sampai di Mandalawangi pukul 11.00 WIB, sesuai dengan rundown semula kami. Jalan setapak yang jauh mengawali kegiatan kami. Rasa lelah dan pegal membawa perlengkapan dari lapangan parker menuju lapangan acara menjadi pengalaman tersendiri bagi kami.
Acara hari itu dimulai dengan ice breaking yang dibawakan oleh Kak Rocky. Perkenalan panitiapun dilakukan dengan cara yang unik menambah kehangatan jalannya acara. Istilah Jaim (Jaga Image) tidak berlaku selama acara camping ini. Kemudian makan siang menjadi acara kami selanjutnya. Selama 3 hari kami harus tidur dalam sebuah tenda pleton ukuran 6 m x 14 m. Tenda besar yang membawa kehangatan satu sama lain.
Kegiatanpun hampir dimulai, namun tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, sehingga harus merubah rundown yang ada. Tetapi inilah yang namanya camping untuk mengenal alam lebih dekat dengan lingkungannya. Setelah hujan reda, acara dilanjutkan dengan session “Aku dan Diriku” yang dibawakan oleh Kak Tyas, Kak Rani, dan Kak Gaby. Riang, canda, seru, dan senang mewarnai jalannya session. Setelah session, kami dibagi dalam 8 kelompok untuk melakukan sharing. Sebuah perjumpaan yang menyenangkan ketika kami mau untuk berbagi satu dengan yang lain.
Setelah sharing selesai, kamipun kembali ke tenda untuk mengambil peralatan mandi. Setelah mandi, kamipun kembali dengan kegiatan session. Namun kondisi alam tidak mengijinkan. Listrik mengalami gangguan sehingga malam itu gelap gulita. Sentir-sentir kecil menerangi selama jalannya acara. Justru hal tersebut menambah kehangatan diantara kami. Ice Breaking-pun berjalan cukup seru di lapangan terbuka dengan penerangan sentir (obor) dan bintang-bintang. Kemudian acara dilanjutkan dengan renungan malam. Dan tentu bisa ditebak, setelah itu kami tidur.
Keesokan harinya, Selasa 6 Juli 2010 kami bangun pukul 06.00. Banyak kejadian lucu menemani pagi hari yang gelap itu. Alarm hp panitiapun berbunyi bersautan terus menerus, suara-suara alarm yang lucu membuat kami mudah terbangun dan memulai pagi yang cerah dengan mandi.
Setelah mandi pagi, kami semua bergegas untuk makan pagi bersama. Tentu saja namanya camping tidak seru kalau tidak bernyanyi, maka kami mempunyai yel-yel makan yang menambah serunya acara.


Acarapun dilanjutkan dengan session “Aku dan Keluarga”. Session kali ini dibawakan oleh Kak Kinan bersama Kak Rocky. Awal session dimulai dengan melihat gambar-gambar ilusi sebagai gambaran pikiran kita yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kemudian dilanjutkan dengan renungan serta sharing yang dibawakan oleh Kak Rocky. Dan acara tangis-tangisanpun terjadi saat surat ayah dibacakan oleh Pak Ari serta surat mama yang dibacakan oleh Tante Eli. Sebuah renungan yang membawa suasana pada saat itu. Kegiatan sharing-pun ditutup dengan Doa yang dilakukan segenap panitia kepada masing-masing peserta.
Kemudian hujan deraspun turun. Acara kembali terhenti dan baru dilanjutkan dengan kegiatan Out Bond yang merupakan pos-pos games. Tawa, canda, riang, senang, lumpur menemani setiap permainan kami. Walupun kotor tetapi kami sangat bergembira saat itu. Seperti salah satu slogan “Karena kotor itu baik” maka kami semua bermain lumpur. Tidak luput para panitia yang dikerjain habis-habisan oleh peserta.
Akhirnya permainan itu ditutup dengan bersih-bersih diri. Setelah itu kami melanjutkan kegiatan dengan makan malam, dan session. Dan hari itu ditutup dengan api unggun. Sungguh malam yang menyenangkan. Dan satu hal yang tidak kami lupakan, diselang waktu senggang, kami bernyanyi serta bercanda bersama.

Malam yang indah itu ditutup dengan tidur, walaupun beberapa dari kami masih bercanda bersama panitia. Tidur nyenyak menemani malam kami yang dingin.
Rabu 7 Juli 2010, kami memulai kegiatan dengan olahraga pagi. Senam maupun ice breaking yang membangun kehangatan diantara kami dan sekaligus mengusir dinginnya pagi.
Siang itupun diisi dengan session “Aku dan Pelayanan” yang dibawakan oleh Kak Rocky dan Tante Eli. Senang, riang, canda menemani kegiatan kami saat itu. Tentu saja lagu-lagu ice breaking yang penuh gaya menjadi penghangat diantara kami. Tidak ada lagi rasa sungkan atau malu diantara kami.
Waktu luang yang ada setelah session kami gunakan dengan bermain sepak bola, dan becanda gurau bersama. Tidak terasa hari itu menjadi hari terakhir bagi kami. Dan akhirnya kami kembali menuju Gereja Pasar Minggu. Kemudian kamipun kembali menuju rumah kami masing-masing. Terima Kasih Tuhan atas berkat-Mu yang tidak terbatas kepada kami… .. Dan kami terus menunggu kejutan-kejutan dalam kegiatan Misdinar Dekenat Jakarta Selatan… 

St. Tarsisius

Pernahkah kamu berangan-angan melakukan sesuatu yang gagah perkasa? Jika pernah, ini dia santo yang tepat bagimu, seorang remaja yang gagah berani hingga rela menanggung resiko kehilangan nyawanya sendiri guna memberikan Yesus kepada orang-orang Kristen lainnya.

Semua jemaat Gereja Perdana menerima Komuni Kudus setiap hari, dan jika mereka tidak dapat menerimanya bersama-sama dengan jemaat yang lain, maka Hosti akan diantarkan bagi mereka. St. Tarsisius adalah seorang Putera Altar yang tinggal di Roma. Ketika sedang mengantar Hosti Kudus, St. Tarsisius diserang oleh segerombolan berandal kafir. Ia tidak rela membiarkan Hosti Kudus dipermainkan dan dimusnahkan oleh para berandal itu, oleh karenanya ia berkelahi dengan mereka. Gerombolan itu merajamnya sampai mati. Demikianlah St. Tarsisius wafat sebagai martir pada pertengahan abad ketiga. Ia dimakamkan dalam Katakomba St. Paus Kalistus yang terletak di Appian Way.

St. Tarsisius juga dianggap sebagai Diakon karena tugas Diakon-lah membagikan Komuni pada kesempatan-kesempatan khusus serta mengantar Hosti dari gereja ke gereja.

Baik sekali jika para remaja mohon bantuan doa St. Tarsisius, sebab ia adalah santo pelindung remaja. Pestanya dirayakan setiap tanggal 15 Agustus.


Diktat Putra Altar

1. Sikap tubuh:
a. Berdiri → Kegembiraan dan penghormatan → Prosesi masuk sampai doa pembukaan, alleluia sampai injil, aku percaya, kudus, bapa kami dan komuni, berkat
b. Duduk → Mau mendengarkan → Bacaan pertama sampai bacaan kedua, homili, dan setelah komuni
c. Hormat lutut → Mengormat secara mendalam dan tanda kesungguhan kerendahan hati → Menuju dan meninggalkan altar (lampu suci menyala)
d. Hormat kepala → Sikap setia dan pelayanan yang tulus → Saat memberikan atau meneriam dari romo dan menghormat meja altar atau hosti kudus
e. Berlutut → Kerendahan hati begitu mendalam → Doa umat, doa syukur agung, anak domba Allah, doa penutup
f. Mengangkat tangan ke dahi → Sikap penghormatan dan kesetiaan mendalam → Saat hosti dan anggur kudus ditahtakan

2. Simbol-simbol:
a. Roti tak beragi / hosti → Peran serta umat Allah bersama Allah dalam perjamuan Kudus
b. Air dan anggur → Usaha manusia dengan bantuan Allah untuk melakukan pertobatan
c. Lilin → Kehadiran Kristus ditengah-tengah kita
d. Dupa → Pengiring doa dan ujub yang dibawa bersama wanginya dupa
e. Minyak suci → Tanda pengurapan Allah dan kedekatan-Nya

3. Ritus dan Doa:
a. Ritus Pembuka
• Tanda Salib dan Salam
• Tobat
• Madah Kemuliaan
b. Liturgi Sabda
c. Liturgi Ekaristi
• Persiapan persembahan
• Doa Syukur Agung
• Bapa Kami
• Doa Damai
• Pemecahan Roti
d. Ritus Penutup

4. Perlengkapan putra altar:
a. Mozeta → kerah atau slyer yang dikenakan di leher sesuai dengan warna liturgi saat itu
b. Alba → jubah putih yang dikenakan putra altar
c. Singel → tali yang dikenakan di pinggang, warnanya sesuai dengan warna liturgi saat itu

5. Perlengkapan lain dalam liturgi:
a. Kasula → mantel atau jubah besar yang dikenakan romo sesuai dengan warna liturgi
b. Stola → selendang panjang yang dikenakan oleh romo sesuai dengan warna liturgi saat itu
c. Amik → kain segi-4 yang dikenakan romo atau diakon sebelum memakai alba (tidak wajib)
d. Velum →kain atau mantel suci yang dikenakan romo sebelum mengangkat monstran atau benda suci lainnya dan velum tidak boleh menyentuh tanah.
e. Superpli → sejenis alba namun hanya sebatas perut, biasanya dikenakan diakon setelah memakai alba

6. Warna-warna liturgi:
a. Hijau → Masa biasa / tidak ada peringatan, melambangkan kesuburan
b. Merah → Kemartiran, digunakan saat Jumat Agung, atau peringatan martir
c. Putih → Perayaan, sukacita, digunakan saat Paskah, Natal, dll.
d. Ungu → Kedukaan, dukacita, penantian, digunakan saat masa prapaskah, adven, dll.
e. Hitam → Kesedihan mendalam, biasanya digunakan saat misa arwah

7. Alat-alat liturgi:
a. Piala → cawan yang digunakan romo untuk minum anggur dan air (1)
b. Purificatori / Purificatorium → kain berlipat 3 berguna untuk membersihkan piala(2)
c. Sendok kecil → digunakan untuk mengambil anggur atau air (sangat jarang digunakan) (3)
d. Patena → piring kecil untuk meletakkan hosti besar (4)
e. Hosti besar (5)
f. Pala → papang segi-4 berfungsi menutupi piala atau sibori (6)
g. Korporal → kain berlipat 9 yang berfungsi sebagai alas piala di meja altar (7)
h. Wiruk → tempat arang dan mengeluarkan asap sebagai simbol penghantar doa dan ujub
i. Dupa → mengeluarkan aroma wangi sebagai simbol pengiring doa dan ujub kita kepada Tuhan dalam wangi-wangian
j. Sibori → tempat untuk menaruh hosti dalam jumlah banyak, dan bentuknya menyeruapai piala
k. Piksis → tempat untuk menaruh hosti dalam jumlah sedikit, biasanya digunakan untuk melakukan pelayanan kepada orang sakit atau jompo
l. Monstran → digunakan untuk pengtahtaan Hosti Kudus dan digunakan saat Kamis Putih dan Jumat Pertama
m. Ampul →digunakan untuk meletakkan air dan anggur
n. Cerek lavabo → digunakan untuk cuci tangan dan mengelap romo (1 paket)
Nb: 1 – 7 adalah urutan dalam piala persembahan



“Servite domino in leatitia” artinya “Semua indah pada waktunya”